Aku terlahir dengan sebuah
pemberian nama yang indah dari kedua orang tuaku, Naima Adzkiatunnisa. Sungguh cantik bukan? Panggilan sayang semua orang terhadapku
adalah Naima, aku duduk di bangku kuliah semeter 6 jurusan pendidikan bahasa
inggris di salah satu institut di Cirebon.
Aku mengawali kisahku
dari sesuatu yang “katanya” bisa merubah suasana hati seseorang menjadi bahagia
bila kita mengkonsumsinya, namun aku adalah salah satu orang bahkan mungkin
satu-satunya orang didunia persilatan ini (looh .. kenapa bawa-bawa dunia
persilatan? heheh J
) yang menentang “KERAS” jika sesuatu tersebut memiliki kekuatan super yang
bisa menyejukan hati banyak orang. yapss
betul sekali, sesuatu itu adalah cokelat.
Cokelat adalah sebutan untuk hasil olahan dari biji kakao yang diolah
menjadi bermacam-macam varian bentuknya.
Sungguh, tak pernah
terbersit sedikitpun rasa untuk melirik yang satu ini. Pasalnya semenjak kecil, memang aku tidak menyukainya,
bahkan jatuh cinta terhadapnya ataupun tergila-gila jika mendengar namanya. Tak sedikit orang yang bilang bahwasannya aku
adalah gadis aneh. Mereka bilang padahal
coklat itu enaklah, manislah, nikmatlah, dan bla bla bla. Padahal menurutku
jika dimajaskan ironi, coklat itu semanis mahoni. Entah akan sampai kapan phobiaku ini bekerja
dengan sempurna. Jika ditanya kenapa
maka jawabannyapun akan tetap sama yaitu “entah”. Akupun tak pernah tau perihal apa awalnya aku
tak menyukai olahan manis yang satu ini.
Bahkan ada beberapa fakta pengalaman
yang bisa membuat hari-hariku menjadi suram jika berhubungan dengan hal
yang satu ini.
1.
Acara valentine di SMP
Waktu itu adalah hari dimana hampir seluruh orang
didunia merayakan hari kasih sayang tersebut, yaps,, 14 februari. Yang menurut pendapatku hari itu bukanlah
hari kasih sayang, melainkan hari dimana setiap jamnya aku hampir mati terkubur
rasa cemas dan pusing dimana-mana. kala
itu..
“Hai
kawan.. selamat pagi, selamat hari kasih sayang.” Ucap salah satu teman sekelasku
ketika dia baru datang, dan semuanya menyambut.
Aku tak pernah mengetahui apa yang dia bawa
sebelumnya, namun ketika sesuatu itu ia keluarkan dari dalam tas dan
membagikannya satu-satu kepada teman-teman satu kelas, akupun baru tersadar
bahwa akupun termasuk kedalamnya. Ada sesuatu
yang benar-benar mengganggu pemandangan mata dan penciumanku tepat dihadapanku.
Pergulatan pikiran:
“Hei.. what is
this?”
“Ini tak benar,
bisa-bisa aku pingsan dikelas.”
Benar saja, ketika hari itu sudah berlalu tak diduga
dan tak dinyana, aku sakit selama dua minggu bolos sekolah hanya karena
beberapa jam bergulat dengan pemikiranku tentang sesuatu itu.
2.
Acara MOS di SMA
Pernah suatu ketika, aku dikerjai habis-habisan oleh
kakak kelasku sewaktu diacara MOS saat aku masuk ke SMA. Saat itu, mereka para
panitia mengadakan acara uji mental dan talenta. jadilah aku disuruh nyanyi
lagu yang aku sendiri tidak tahu sama sekali judul dan penyanyinya itu, bahkan
saat itu adalah kali pertamaku mendengar judul lagu dan penyanyinya, aneh tuh
kaka kelas (pikirku.. J
). Karena aku tidak bisa menyelesaikan
tantangan itu, alhasil aku digiring (what digiring? sudah semacam bebek saja
aku,, hahaha bukan kalian yang bilang ya.. Tenang aku sendiri ko yang bilang J ) ke pos yang paling akhir. dan ternyata, tak pernah ku sangka dan tak
pernah ku duga (Lebay) panitia yang menjaga pos itu adalah orang-orang yang
sangat aku kenal. Mereka adalah sebagian dari sahabat kakak sepupuku sendiri. Mereka
sudah mengenalku dan aku yakin bahwasannya aku tak akan pernah selamat dan
lolos dari kejailan mereka saat itu.
Benar saja, aku disuruh turun kelantai dasar dan
menyebrang jalan raya hanya untuk membeli kue atau apapun yang berbau coklat
(what coklat? oh God please,,, this is not real!). dengan terpaksa aku menyanggupinya. Aku membeli
dua makanan yang menurutku memang sedikit toping coklatnya, karena aku tak mau
mencelakakan diri sendiri (masih waras booo..).
Ketika aku kembali ke lantai atas dimana mereka berada, ternyata mereka
malah memarahiku
“Ini apa ?!?”
teriak mereka
“Ini piscok
dengan wafer coklat ka.” Jawabku
“Pegang keduanya!”
Bentak mereka
“Please ka,
jangan.” Permohonanku
“Ini terlalu
sedikit coklatnya. Kami mau yang banyak meseseresnya. Kalau begitu turun dan
ganti kembali kuenya !” bentak mereka
“Baik ka.” Ucapku
Dengan
langkah yang sangat gontai, aku menuruni anak tangga dan berbelok kearah
gerbang sekolah, lalu kemudian menyebrang jalan raya dan mengganti kue itu
menjadi donat dan chocolatos. Aku menyuruh
penjualnya untuk meletakan benda-benda itu keatas buku yang ku bawa, karena aku
tak mau sedikitpun menyentuhnya. Sesampainya
di pos tadi
“Bagus, mana
kuenya?” tanya mereka
“Ini ka.”
jawabku
“Makan!” bentak
mereka
“Ga mau ka.”
ucapku
“Kenapa? cepat
makan!” bentak mereka lagi
“................”
aku menangis keras
Mereka
bingung, aku terus menangis dan bilang ke mereka bahwa aku memang sangat takut
dan membenci olahan yang satu itu, dan akupun yakin kalau mereka mengetahuinya.
aku berlari masuk kedalam kelas dan tak memperdulikan mereka. Aku terus menangis ketakutan dan mungkin
mereka merasa bersalah karena telah mengerjaiku, akhirnya mereka minta maaf.
3.
Hari ulang tahun ke 20
Aku resmi menyandang gelar mahasiswa, aku kuliah
disalah satu institiut negeri di kota tetangga.
Aku mengambil jurusan pendidikan bahasa inggris. Dua tahun lalu aku tepat berusia 20
tahun. Ada tragedi yang sangat
disayangkan ketika acara sedang berlangsung.
saat itu, para sahabat dan teman-teman kampusku memberikan sebuah pesta
kejutan kecil disalah satu kos temanku. Karena
memang saat itu aku sedang mengerjakan tugas kuliahku disana. Ketika nyanyian ulang tahun dinyanyikan dan
tibalah pada waktunya tiup lilin, mereka menyodorkan kue coklat yang dihiasi
dengan lilin-lilin kecil diatasnya. Sontak
aku terkejut dan buru-buru menutupi hidungku, karena baunya itu langsung
menari-nari didalam kepalaku. Aku tak
sadar kalau saat itu dengan seketika aku melempar kue plus lilin yang menyala
diatasnya itu hingga jatuh kelantai. Aku
menangis dan rasanya itu sakit sekali dikepalaku. Yaahh akhirnya aku meminta maaf atas sikapku
yang keterlaluan itu kepada mereka. Tapi
jujur, memang beginilah adanya. Bahkan mendengar
namanyapun aku enggan. Rasanya nama itu
akan selalu terngiang di telingaku dan menari-nari di kepalaku seperti orang
yang habis kejedot pintu dan menghasilkan banyak bintang diatas kepala. Seperti coklat, coklat, coklat, coklat, nama
itu selalu berputar diatas kepalaku.
bahkan, masih didalam bungkuspun aku sudah mencium aromanya.
Pernah suatu ketika, aku duduk dipojokan kelas. Hidung srigalaku mencium aroma khas yang tak
pernah bersahabat dengannya, aku menengok kesekitar, dan tak ada anak yang
memakan benda itu. Aku melongok keluar
jendela kelas, dan ternyata memang ada yang sedang menikmatinya. Sontak aku
menutup hidung dan berteriak “bauuu coklat..” Aku memang seperti itu. Dari jarak sekian meter saja aku sudah
mengetahui tanda-tanda datangnya musuh terbesarku. Bahkan bukan hanya coklat. tapi keju,
strobery dan durianpun sama.
Begitulah sepenggal kisahku bersama coklat. Pahit manisnya olahan itu, memang sangat
kurasakan, tetapi bukan lidah yang merasa, melainkan hati dan alam pikiranku
yang menjelajahinya. Olahan yang tak
pernah bersahabat dengan hati hidung dan otaku.
Bahkan akan sangat berbahaya jika aku berusaha untuk memakannya. Hal-hal yang tidak diinginkan akan dengan
sempurna terjadi tepat setelah kunyahan pertama. Alhasil, akupun tak pernah mendapatkannya
setiap kali valentaine datang. Coklat memang
dapat merubah perasaanku, tetapi bukan merubah perasaan menjadi bahagia
melainkan merubah perasaanku menjadi gila karenanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar