Hari itu adalah hari
dimana semuanya akan terasa berbeda.
yapz,, betul. karena hari itu adalah hari dimana aku harus berhenti dari
rutinitas ma’hadku. aku mulai berfikir
bagaiamana kehidupan diluar sana. aku
takut. jika suatu saat nanti kehidupan
ma’had jauh lebih baik dari masa dewasaku kelak. enam tahun sudah aku berada tepat di “penjara
suci” itu. yapz.. betul.. istilah itulah
yang selalu digunakan bagi para santri menyebut ma’hadnya. karena tempat itu layaknya sebuah penjara
dengan beribu-ribu aturan yang ada tetapi benar memang tempat itu suci dan
dilindungi bagi mereka-mereka yang ikhlas dalam menuntut ilmu dan mengaji.
selesai MA aku putuskan
untuk melanjutkan pendidikanku dibangku kuliah.
tetapi serasa belum rela keluar dari tempat ini, akupun memutuskan untuk
sementara mengabdi sebelum pengumuman masuk kuliah. selama pengabdianku aku selalu termenung
diatas bilik yang biasanya digunakan para santri menghafal, mengobrol, diskusi,
dll. aku merasakan sebuah rasa yang
sungguh penuh syukur. karena aku telah
mengenal dan memasuki dunia pesantren dan mendapat gelar santri. gelar itu sungguh sangat istimewa bagiku.
terlalu bersemangat
untuk mengawali, aku sendiri sampai lupa mengenalkan diri yang biasa ini
(merendah.. heehhe J). Namaku Naima Adzkiatunnisa. keluargaku biasa memanggilku Naima. aku lahir dari sebuah keluarga besar (
disebut besar karena memang orangnya besar-besar.. heheh J ).
keluarga yang bisa dibilang berkecukupan. ayah dan ibuku punya gelar yang sangat mulia,
yaitu “PETANI.” aku adalah anak pertama
dari satu-satunya, alias anak tunggal.
sejak lulus dari sekolah dasar aku masuk ke pesantren sambil melanjutkan
SMP dan MA ku. bukan orang tuaku yang menginginkannya, melainkan aku yang
memintanya.
dunia pondok itu tidak
mengerikan ko.. dunia pondok itu juga tidak mematikan. melainkan dunia yang benar-benar bisa membuat
kita mandiri alias mandi sendiri.. heheh J
kehidupan sehari-hariku biasa-biasa saja dibandingkan dengan kehidupan
asmaraku. ya hal-hal yang semacam itulah yang selalu mereka katakan kepadaku,
Saat ini aku resmi menyandang gelar mahasiswa. tak pernah melupakan kampung halamanku, setelah sekian lama aku kembali kepadanya (bukan kembali kepangkuan yang maha kuasa ya.. :) )
Saat ini aku resmi menyandang gelar mahasiswa. tak pernah melupakan kampung halamanku, setelah sekian lama aku kembali kepadanya (bukan kembali kepangkuan yang maha kuasa ya.. :) )
Seakan hendak menerjang
badai, gemuruh terdengar jelas dan awan gelap hitam pekat ada tepat
dihadapanku. angkot melaju dengan
kecepatan sedang. tiba-tiba...
ssrrtttttt..... (mobilpun menge-rem
seketika)
“ ada apa mang?” tanya penumpang lainnya
“ didepan hujan, kaca mobil ini rusak
bu, jadi harus ditutup secara manual” jawab sang sopir.
setelah menutup jendela
mobil, sang sopir pun melajukan mobil agak kencang. hujan mulai membasahi seluruh jalanan desa
sepanjang perjalananku. tiba-tiba sang
sopir bertanya kepadaku:
“ nok, turun dimana?” tanya pak sopir
“ di jatimunggul pak” jawab ku
“waahhh nok niat bapak mau langsung
pulang, jatimunggul kejauhan, sudah sore, eman bensinnya” turun dipasar saja
ya?” mintanya
“ yahh mang, trus gimana? hp saya mati
lagi,,,ya sudah mang turunkan saya di pondok saja” pintaku
dongkol memang rasa
hati ini, tetapi ya sudahlah,,, hari sedang hujan dan sudah beranjak sore. desaku memang terletak jauh sekali dari pusat
kecamatan. memang ketika jam sudah
menujukan pukul 13.00 saja, tak akan ada satupun angkot yang mau mengantarkan
penumpang sampai pemberhentian terakhir itu.
kesal memang kadang, tapi ya cukup tau sajalah.
aku memang asli wong indramyu
yang khas dengan kota mangganya itu.
desaku terletak diujung selatan kota indramayu yang dekat dengan
perbatasan subang, majalengka dan sumedang.
yuup,, jatimunggul namanya. banyak orang bilang kalo desaku itu desa
terpencil, miskin signal, dan jauh dari peradaban. suka dongkol memang, tapi mau bagaimana
lagi,, memang begitulah faktanya,, J
aku bangga menjadi
warga “pedalaman”, iyapzz,,, betul sebutan pedalaman itu memang selalu mereka
sematkan ketika mereka (teman-temanku) berkunjung ke istana kecilku. lohh.. kenapa? jawabannya jelas dilihat dari segala macam aspek. dari mulai signal, jauh dari kota, ga ada
warnet, ga ada fotocopyan, etc. yang ada hanya dedaunan hijau dan jalanan sepi
yang dapat dijumpai setiap harinya.
butuh waktu lumayan banyak untuk kita warga desa menjangkau suasana
kota. kami hanya bergelut dengan
pertanian dan perhutanan. aku tak pernah
merasa minder karena backgroundku yang sangat terkenal ini (:D nyengir kuda,,
“kepedean”) , justru aku merasa bangga karena kami jauh dari polusi udara
perkotaan yang sangat banyak.
kembali lagi ke cerita diatas
akhirnya aku diturunkan dipondok
itu. iyaapzz...
pondok itu adalah pondok
yang telah membesarkan dan memberikan ilmu selama kurang lebih 7 tahun setelah
aku lulus dari SD. SMP dan SMA ku, ku
habiskan di pondok itu. dan hingga
sekarang ini aku kuliahpun, pondok itu masih tetap menjadi tempat terindahku. banyak pelajaran dan kenangan berharga yang
terukir selama itu disana. aku tak akan
pernah bisa meninggalkannya sedikitpun dibagian sudut manapun dari pondok itu.
ketika sore menjelang
dan hujanpun talah reda, aku meminta ayahku untuk menjemputku pulang karena
memang lokasi pondok dan rumahku lumayan jauh, jadi aku tidak bisa pulang jalan
kaki,, J
aku berpamitan dengan pak kiyai dan bu nyai kala itu. tetapi.. tiba-tiba handphoneku berdering.
ternyata ibu kontrakan menelpone.
aku terlarut dalam
perdebatan ditelphone sore itu bersama ibu kontrakanku. aku dan teman-temanku di usir dari kontrakan
yang saat ini aku tinggali bersama sahabat-sahabat tercintaku. seperti tersambar petir setelah hujan rasanya. sontak aku terdiam memikirkan semuanya, tapi
aku tak ingin berfikir keras, karena aku sudah lelah dengan semua tugas kuliah
saat ini.
aku kuliah disalah satu
institut negeri di cirebon, aku
mengambil fakultas pendidikan jurusan bahasa inggris semester lima. aku sudah
bosan sebenarnya dengan kegiatan di semester 5 ini, ingin rasanya aku keluar
dan terbang bebas ke negara maju, Korea. tapi, apalah dayaku hanya seorang anak
yang patuh kepada orang tua. mau tidak mau aku harus bergelut dengan duniaku
ini.
terkadang aku sangat
lelah dengan duniaku. aku terus berjalan
tanpa arah tujuan, ingin rasanya aku
teriak dengan lepas agar dunia tau rasanya jadi aku. setiap kali aku pulang, orang tua ku selalu
berbicara tentang kerja diluar negeri.
aku seperti duduk di sudut rumah yang gelap dan sepi ketika orang tuaku
berbicara, entah apa yang harus aku katakan dan aku yakinkan pada mereka. aku yakin,
jika suatu saat nanti aku akan
membahagiakan orang yang aku sayang.
sekarang hanya inilah
usaha yang bisa ku lakukan untuk membahagiakan orang tuaku dengan belajar
menuntut ilmu hingga ku lulus menjadi sarjana tepat waktu dan bisa mengangkat
derajat kedua orang tuaku. meskipun sekarang aku bukan siap-siapa, aku yakin
suatu saat nanti Allah akan memberikan jalan kesuksesan untukku. aku yakin
setiap usaha dan kerja keras yang kulakukan untuk kedua orang tua dan masa
depanku sekarang akan berbuah manis dan indah pada waktunya.
Hujan kembali mencengkeram
bumi-Nya, seakan mendeportasi seluruh awan hitam yang hiasi langit sore ini. Aku duduk di pojok ruangan, beralaskan
keramik yang dinginnya menembus setiap pori kain yang kukenakan. Aku terdiam dalam gaungnya suara hujan. Terlintas
macam masalah bergelayut menghampiri serambi kanan otakku. karena inilah aku dengan semua karakter yang
ku punya. saat ini, tepatnya
disini, disebuah sudut ruang gelap yang penuh dengan harap. aku tergabung dalam lamunan. apakah ini tempatku? apakah ini diriku? apa.. apa.. dan apa... jawabanpun tak pernah
kujumpai. apakah aku harus mencari
jawaban disetiap lembar so’al yang telah usai kubagikan? entah.....bahkan sebuah kesederhanaanpun belum usai ku cari dan kumiliki. hanya
keegoisan, kesombongan dan berbagaimacam rasa individualisme yang
dimiliki. bagaimana caranya? itu adalah pertanyaan yang paling tepat. #continue...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar