Pages

barokallah...barokallah..barokallah

Sabtu, 24 Januari 2015

“Si Manis” Coklat dari Kebun Mahoni

Aku terlahir dengan sebuah pemberian nama yang indah dari kedua orang tuaku, Naima Adzkiatunnisa.  Sungguh cantik bukan?  Panggilan sayang semua orang terhadapku adalah Naima, aku duduk di bangku kuliah semeter 6 jurusan pendidikan bahasa inggris di salah satu institut di Cirebon.
Aku mengawali kisahku dari sesuatu yang “katanya” bisa merubah suasana hati seseorang menjadi bahagia bila kita mengkonsumsinya, namun aku adalah salah satu orang bahkan mungkin satu-satunya orang didunia persilatan ini (looh .. kenapa bawa-bawa dunia persilatan? heheh J ) yang menentang “KERAS” jika sesuatu tersebut memiliki kekuatan super yang bisa menyejukan hati banyak orang.  yapss betul sekali, sesuatu itu adalah cokelat.  Cokelat adalah sebutan untuk hasil olahan dari biji kakao yang diolah menjadi bermacam-macam varian bentuknya. 
Sungguh, tak pernah terbersit sedikitpun rasa untuk melirik yang satu ini.  Pasalnya semenjak kecil, memang aku tidak menyukainya, bahkan jatuh cinta terhadapnya ataupun tergila-gila jika mendengar namanya.  Tak sedikit orang yang bilang bahwasannya aku adalah gadis aneh.  Mereka bilang padahal coklat itu enaklah, manislah, nikmatlah, dan bla bla bla. Padahal menurutku jika dimajaskan ironi, coklat itu semanis mahoni.  Entah akan sampai kapan phobiaku ini bekerja dengan sempurna.  Jika ditanya kenapa maka jawabannyapun akan tetap sama yaitu “entah”.  Akupun tak pernah tau perihal apa awalnya aku tak menyukai olahan manis yang satu ini.  Bahkan ada beberapa fakta pengalaman  yang bisa membuat hari-hariku menjadi suram jika berhubungan dengan hal yang satu ini.
1.        Acara valentine di SMP
Waktu itu adalah hari dimana hampir seluruh orang didunia merayakan hari kasih sayang tersebut, yaps,, 14 februari.  Yang menurut pendapatku hari itu bukanlah hari kasih sayang, melainkan hari dimana setiap jamnya aku hampir mati terkubur rasa cemas dan pusing dimana-mana.  kala itu..
“Hai kawan.. selamat pagi, selamat hari kasih sayang.” Ucap salah satu teman sekelasku ketika dia baru datang, dan semuanya menyambut.
Aku tak pernah mengetahui apa yang dia bawa sebelumnya, namun ketika sesuatu itu ia keluarkan dari dalam tas dan membagikannya satu-satu kepada teman-teman satu kelas, akupun baru tersadar bahwa akupun termasuk kedalamnya.  Ada sesuatu yang benar-benar mengganggu pemandangan mata dan penciumanku tepat dihadapanku. Pergulatan pikiran:
“Hei.. what is this?”
“Ini tak benar, bisa-bisa aku pingsan dikelas.”
Benar saja, ketika hari itu sudah berlalu tak diduga dan tak dinyana, aku sakit selama dua minggu bolos sekolah hanya karena beberapa jam bergulat dengan pemikiranku tentang sesuatu itu.
2.        Acara MOS di SMA
Pernah suatu ketika, aku dikerjai habis-habisan oleh kakak kelasku sewaktu diacara MOS saat aku masuk ke SMA. Saat itu, mereka para panitia mengadakan acara uji mental dan talenta. jadilah aku disuruh nyanyi lagu yang aku sendiri tidak tahu sama sekali judul dan penyanyinya itu, bahkan saat itu adalah kali pertamaku mendengar judul lagu dan penyanyinya, aneh tuh kaka kelas (pikirku.. J ).  Karena aku tidak bisa menyelesaikan tantangan itu, alhasil aku digiring (what digiring? sudah semacam bebek saja aku,, hahaha bukan kalian yang bilang ya.. Tenang aku sendiri ko yang bilang J ) ke pos yang paling akhir.  dan ternyata, tak pernah ku sangka dan tak pernah ku duga (Lebay) panitia yang menjaga pos itu adalah orang-orang yang sangat aku kenal. Mereka adalah sebagian dari sahabat kakak sepupuku sendiri. Mereka sudah mengenalku dan aku yakin bahwasannya aku tak akan pernah selamat dan lolos dari kejailan mereka saat itu. 
Benar saja, aku disuruh turun kelantai dasar dan menyebrang jalan raya hanya untuk membeli kue atau apapun yang berbau coklat (what coklat? oh God please,,, this is not real!).  dengan terpaksa aku menyanggupinya. Aku membeli dua makanan yang menurutku memang sedikit toping coklatnya, karena aku tak mau mencelakakan diri sendiri (masih waras booo..).  Ketika aku kembali ke lantai atas dimana mereka berada, ternyata mereka malah memarahiku
“Ini apa ?!?” teriak mereka
“Ini piscok dengan wafer coklat ka.” Jawabku
“Pegang keduanya!” Bentak mereka
“Please ka, jangan.” Permohonanku
“Ini terlalu sedikit coklatnya. Kami mau yang banyak meseseresnya. Kalau begitu turun dan ganti kembali kuenya !” bentak mereka
“Baik ka.” Ucapku
Dengan langkah yang sangat gontai, aku menuruni anak tangga dan berbelok kearah gerbang sekolah, lalu kemudian menyebrang jalan raya dan mengganti kue itu menjadi donat dan chocolatos.  Aku menyuruh penjualnya untuk meletakan benda-benda itu keatas buku yang ku bawa, karena aku tak mau sedikitpun menyentuhnya.  Sesampainya di pos tadi
“Bagus, mana kuenya?” tanya mereka
“Ini ka.” jawabku
“Makan!” bentak mereka
“Ga mau ka.” ucapku
“Kenapa? cepat makan!” bentak mereka lagi
“................” aku menangis keras
Mereka bingung, aku terus menangis dan bilang ke mereka bahwa aku memang sangat takut dan membenci olahan yang satu itu, dan akupun yakin kalau mereka mengetahuinya. aku berlari masuk kedalam kelas dan tak memperdulikan mereka.  Aku terus menangis ketakutan dan mungkin mereka merasa bersalah karena telah mengerjaiku, akhirnya mereka minta maaf.
3.        Hari ulang tahun ke 20
Aku resmi menyandang gelar mahasiswa, aku kuliah disalah satu institiut negeri di kota tetangga.  Aku mengambil jurusan pendidikan bahasa inggris.  Dua tahun lalu aku tepat berusia 20 tahun.  Ada tragedi yang sangat disayangkan ketika acara sedang berlangsung.  saat itu, para sahabat dan teman-teman kampusku memberikan sebuah pesta kejutan kecil disalah satu kos temanku.  Karena memang saat itu aku sedang mengerjakan tugas kuliahku disana.  Ketika nyanyian ulang tahun dinyanyikan dan tibalah pada waktunya tiup lilin, mereka menyodorkan kue coklat yang dihiasi dengan lilin-lilin kecil diatasnya.  Sontak aku terkejut dan buru-buru menutupi hidungku, karena baunya itu langsung menari-nari didalam kepalaku.  Aku tak sadar kalau saat itu dengan seketika aku melempar kue plus lilin yang menyala diatasnya itu hingga jatuh kelantai.  Aku menangis dan rasanya itu sakit sekali dikepalaku.  Yaahh akhirnya aku meminta maaf atas sikapku yang keterlaluan itu kepada mereka.  Tapi jujur, memang beginilah adanya.  Bahkan mendengar namanyapun aku enggan.  Rasanya nama itu akan selalu terngiang di telingaku dan menari-nari di kepalaku seperti orang yang habis kejedot pintu dan menghasilkan banyak bintang diatas kepala.  Seperti coklat, coklat, coklat, coklat, nama itu selalu berputar diatas kepalaku.  bahkan, masih didalam bungkuspun aku sudah mencium aromanya.
Pernah suatu ketika, aku duduk dipojokan kelas.  Hidung srigalaku mencium aroma khas yang tak pernah bersahabat dengannya, aku menengok kesekitar, dan tak ada anak yang memakan benda itu.  Aku melongok keluar jendela kelas, dan ternyata memang ada yang sedang menikmatinya. Sontak aku menutup hidung dan berteriak “bauuu coklat..” Aku memang seperti itu.  Dari jarak sekian meter saja aku sudah mengetahui tanda-tanda datangnya musuh terbesarku.  Bahkan bukan hanya coklat. tapi keju, strobery dan durianpun sama.

Begitulah sepenggal kisahku bersama coklat.  Pahit manisnya olahan itu, memang sangat kurasakan, tetapi bukan lidah yang merasa, melainkan hati dan alam pikiranku yang menjelajahinya.  Olahan yang tak pernah bersahabat dengan hati hidung dan otaku.  Bahkan akan sangat berbahaya jika aku berusaha untuk memakannya.  Hal-hal yang tidak diinginkan akan dengan sempurna terjadi tepat setelah kunyahan pertama.  Alhasil, akupun tak pernah mendapatkannya setiap kali valentaine datang.  Coklat memang dapat merubah perasaanku, tetapi bukan merubah perasaan menjadi bahagia melainkan merubah perasaanku menjadi gila karenanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar